Senin, 13 Desember 2010

CAK DURASIM

Cak Durasim merupakan insan seni dan pahlawan kesenian ludruk yang tak tergantikan. Sejak jaman penjajahan Jepang beliau hadir dalam pentas seni pertunjukan di Jawa Timur dan Gugur pula sebagai pejuang suara rakyat melalui kesenian. (Maestro Jatim)

LIEM KENG

Liem Keng adalah sosok yang sederhana dalam berkesenian namun kaya akan karya dengan goresan tinta baknya yang ekspresif dan mampu menciptakan karya yang luar biasa yang diakui dunia meskipun selalu hidup dalam kesederhanaan. (Maestro Jatim)

MASMUNDARI

Masmundari lahir sebagai insan seni lukis damar kurung yang tak lekang usia, yang mendedikasikan hidupnya untuk selalu berkesenian dalam bidangnya. Dengan Goresan tinta cat airnya sebagai cermin kehidupan yang Jujur. (Maestro Jatim)

KARIMUN

Karimun mempunyai semangat dan dedikasi tinggi melestarikan Seni Topeng Malangan yang menjadi salah satu warisan budaya dan kekayaan budaya Jawa Timur yang pantas dibanggakan. (Maestro Jatim)

GOMBLOH

Gombloh merupakan salah satu anak bangsa yang pantas dibanggakan sebagai seniman musik Indonesia dengan salah satu lagunya kebanggaan Indonesia yakni "Gebyar Gebyar". (Maestro Jatim)

M.THOLIB PRASOJO (WAYANG SUKET)

M.Tholib Prasojo merupakan seniman multi talenta yang mampu berinovasi tinggi dan menerapkan ciri khasnya tersendiri dengan menciptakan Wayang Suket, sebagai salah satu karya yang Bijaksana dan Sederhana. (Maestro Jatim)

Minggu, 10 Oktober 2010

Berbangsa Nirkekerasan

Selasa, 5 Oktober 2010 - 13:06 wib

Image: corbis.com

BEBERAPA hari ini media tak henti-hentinya menyoroti berbagai tindak kekerasan baik berlatar agama maupun etnis. Tercatat selama dua bulan berlalu (Agustus dan September 2010) sudah terhitung tujuh kali aksi kekerasan terjadi.

Sebut saja insiden Ampera (29/8), perampokan di CIMB Niaga Medan (18/8), penyerangan bersenjata di Polsek Hamparan, Perak, Sumatera Utara (22/9), sampai aksi kekerasan antaretnis di Tarakan, Kalimantan Timur (28/8). Fenomena kekerasan kini menjadi budaya baru bagi bangsa Indonesia. Aksi premanisme, brutalisme, sadisme, dan banalisme selalu memenuhi ruang publik.

Fenomena ini seolah menggambarkan rendahnya moralitas bangsa. Tak pelak aksi-aksi kekerasan yang kian terjadi ini menjadi pusat perhatian dari banyak kalangan. Padahal, dahulu para pendiri (founding fathers) negeri ini membangun bangsa ini dengan semangat budaya bangsa Timur yang berkarakter toleran, sopan santun, dan selalu menyikapi persoalan dengan jalan dialog.

Semangat tersebut yang kemudian menjadikan bangsa ini banyak dikenal di dunia Internasional sebagai bangsa yang berperadaban dan berkesatuan. Keberagaman suku, agama, budaya, dan etnis tidak bisa dijadikan alasan timbulnya kekerasan di bumi pertiwi ini. Keberagaman tersebut adalah keniscayaan yang harus disyukuri dan disikapi oleh bangsa Indonesia dengan jalan yang manusiawi.

Dan sebaliknya tidak menjadikan keberagaman itu momok yang dapat menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa ini. Fenomena kebrutalan yang tengah terjadi akhir-akhir ini lebih ditengarai oleh lemahnya sistem pemerintahan yang tidak cepat tanggap dengan persoalan kebangsaan. Lumpuhnya penegakan hukum dan tidak terakomodasinya pemenuhan HAM mengakibatkan kekuatan aparat mampu dilawan dan ditentang oleh masyarakat sipil biasa.

Sebagai negara yang multikultural, Indonesia mempunyai modal sosial yang besar bagi terbentuknya nilai-nilai berbangsa nirkekerasan. Karena masyarakat negeri ini mempunyai semangat sosial tinggi sebagai negara yang berkesatuan. Melalui sikap gotong-royong, saling menghormati, toleransi dalam segala perbedaan, dan mengutamakan jalan dialog dalam menyelesaikan segala persoalan.

Maka melalui kesederhanaan sikap seperti inilah wujud berbangsa yang tidak cinta terhadap aksi-aksi kekerasan ini terbentuk. Namun, modal atau semangat sosial yang tinggi dari bangsa ini tidaklah cukup untuk menuju kesempurnaan berbangsa nirkekerasan jika negara mengalami kelumpuhan menjalankan sistem pemerintahan yang bijak. Dalam hal ini, hendaknya pemerintah perlu melakukan beberapa tindakan progresif.

Di antaranya dengan membangun kembali sistem keamanan dan pertahanan yang lebih kuat, memberikan tempat bagi perlindungan hukum dan HAM, menegakkan demokrasi, dan mengakomodasi segala keberagaman mulai etnis, suku, budaya, dan agama. Kini, berbangsa nirkekerasan adalah “lompatan kuantum” yang merefleksikan terbentuknya peradaban tinggi dalam lanskap berbangsa dan bernegara.

Karena saat ini masyarakat sedang terhegemoni oleh tradisi kekerasan yang dianggap sebagai metode resolusi baru dalam menangani konflik. Maka jika semangat sosial telah terbangun dan sistem pemerintahan yang kuat telah tercipta tidak mustahil jika bangsa ini akan mengalami “lompatan kuantum” yang tinggi sebagai bangsa yang berperadaban. Karena sejatinya jika manusia mengetahui fungsi utamanya menjalani hidup bermasyarakat, ia akan selalu menebar benih kesalehan sosial.(*)

Nafi’ Muthohirin
Mahasiswa Agama & Studi Perdamaian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta(//rhs)

Budaya Mencari Kambing Hitam

Selasa, 5 Oktober 2010 - 16:59 wib

Image: corbis.com

MARAKNYA kekerasan massa yang terjadi akhir-akhir ini berdampak pada kondisi psikis masyarakat tentang suatu keamanan di negara kita. Kita telah menyaksikan beberapa berita kekerasan massa di Tarakan, bahkan di Jakarta, dan sebagainya, yang dapat mengganggu keresahan masyarakat yang bermukim di sekitarnya.

Kekerasan sepertinya merupakan cara paling efektif untuk menyelesaikan masalah di negeri ini. Kekerasan di dunia kerja, akademik, dan masyarakat, merupakan bukti bahwa premanisme adalah budaya masyarakat demi menjadi paling hebat, bahkan penguasa. Sikap yang tidak mau mengalah ini menyebabkan susah dicarinya suatu titik temu masalah dengan cara damai.

Dengan memuaskan ego dan tidak melihat sudut pandang yang berbeda akan menghancurkan suatu kebijaksanaan. Demi memenuhi semua hak yang harus diperoleh, mereka rela melakukan apa pun untuk mendapatkannya. Padahal suatu kewajiban yang seharusnya dipenuhi selalu dilupakan: Kita hidup di masyarakat yang heterogen dan seharusnya kita hidup berdampingan. Masyarakat kita memang belum bisa menghormati sesuatu seperti perbedaan pendapat dan perselisihan.

Meskipun kita hidup di masyarakat heterogen, kita harus punya prinsip dalam masyarakat, yaitu bagaimana kita harus bisa hidup di kondisi yang plural seperti ini. Ini merupakan prinsip agar kondisi masyarakat yang ditinggalinya bisa stabil dan setiap ada konflik dapat diselesaikan dengan damai. Jika suatu konflik tak dapat diselesaikan dengan damai, biarlah pemerintah dan lembaga hukum yang menanganinya. Kita harus menghargai itu meskipun tidak adil.

Ketidakadilan pemerintah dalam menyelesaikan suatu kasus menjadi pemicu suatu pertikaian massa. Suatu keadilan ditinjau dari segi sosiologis memang bersifat nisbi. Akan tetapi, kitalah yang selalu ingin menang dan sulit menerima kekalahan adalah bukti kita menganggap suatu keadilan menjadi suatu yang mutlak dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi, hukum yang sebenarnya yang telah disepakati adalah jalan keluar untuk semua masalah ini. Penegakan hukum yang tegas harus dijalankan dengan benar.

Karena hukum dan pandangan sosiologis sangat sulit dicari titik temunya. Ditinjau dari segi sosiologis, penyebab terjadinya suatu kekerasan massa adalah kekecewaan masyarakat dan perlakuan tidak adil aparat di lapangan. Aparat di lapangan tidak melakukan tugasnya secara tepat, tetapi kekurangtegasan dalam pengambilan keputusan adalah salah satu faktornya.

Kemudian aparat mencari kambing hitam dalam suatu konflik tersebut agar semua masalah bisa teratasi yaitu kelompok paling kecil dari suatu massa. Kelompok kecil tersebut dijadikan pihak yang bersalah atas semuanya sehingga kekecewaan kelompok kecil akan melakukan suatu balas dendam dengan penuntutan kepada aparat dan kelompok besar secara anarki.

Menyelesaikan masalah massa dengan cara mencari kambing hitam merupakan tindakan yang dapat merusak kondisi stabilitas heterogenisasi. Dalam prinsip dalam diri, kita harus bisa menanamkan kepercayaan dan bermoral. Karena penyimpangan, pelanggaran hukum, dan kejahatan, semuanya berasal dari baik buruknya moral kita terhadap kepercayaan dan masyarakat.(*)

Hardiat Dani Satria
Mahasiswa Departemen Kriminologi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI(//rhs)

Memutus Akar Anarkisme Massa

Rabu, 6 Oktober 2010 - 17:19 wib

Foto: dok. pribadi

PEMBAHASAN mengenai kekerasan mengemuka kembali. Seperti biasa latah kekerasan di negeri ini kerap muncul secara bersamaan atau muncul secara periodik. Kemunculan kekerasan di negeri ini juga dipicu oleh berbagai hal, mulai dari urusan kacangan sampai masalah yang ‘berat’.

Membincangkan kekerasan di negeri ini mungkin dirasa ganjil atau sumbang jika harus dihadapkan pada identitas sebagai bangsa yang konon peramah, gotong royong, dan cinta damai. Identitas tersebut kini tergadai dan entah kapan kita bisa menebusnya kembali.

Kekerasan harus dienyahkan dari peta sosiologis manusia Indonesia. Pelaksanaan di lapangan guna mengenyahkan kekerasan tersebut rasanya terlalu rumit dan kerap menggunakan pendekatan yang represif. Padahal melenyapkan kekerasan dengan metode ‘kekerasan’ juga akan tentunya melahirkan produk kekerasan baru yang lebih massif.

Kekerasan antar-etnis dengan sikap primordial kesukuan yang tak kunjung tamat dari republik ini bisa dijadikan parameter bahwa pendidikan karakter kebangsaan dengan wawasan nusantara masih jauh panggang dari api. Kedua etnis sama-sama menggunakan sindrom chauvinisme yakni mengunggulkan entitasnya sendiri dan meremehkan entitas lainnya. .

Kekerasan antar umat beragama juga menimpa bangsa ini. Persoalan beda pemahaman dan keyakinan kemudian ditambah dengan lemahnya semangat toleransi menjadikan ini semua seperti sumbu yang siap disulut kapan saja. Kalau memang kekerasan acapkali disangkutpautkan dengan penafsiran keagamaan maka imbasnya nama baik agama sendirilah yang menjadi korbannya. Agama yang sejatinya ramah dan penuh kedamaian dihadirkan dalam bingkai tumpahan darah.

Kekerasan juga bisa diakibatkan oleh persoalan ‘perut’ (ekonomi). Ketika fenomena yang miskin semakin miskin dan kaya semakin kaya, pemerataan ekonomi berjalan seret, harga komoditas pangan melambung tinggi, ketidakpastian penegakan hukum serta keadilan sosial yang menjadi prinsip bangsa ini jaraknya seperti bumi dan langit, maka kekerasan model ini (rakyat berontak) akan teramat mudah tercipta.

Peran Pemerintah

Kontrol negara mengatasi anarkisme massa yang bersifat represif dan biasanya dengan model mempertemukan kedua belah pihak yang bertikai, dalam satu meja memang langkah tepat untuk jangka pendek. Namun, tak cuma itu. Memutus akar kekerasan secara sistematis dan berkelanjutan adalah hal yang penting. Untuk itulah dibutuhkan langkah-langkah konkret yang sifatnya jangka panjang guna meredam anarkisme massa tersebut.

Kekerasan antar-etnis kiranya dapat diredam dengan memberikan pendidikan wawasan kebangsaan di institusi-institusi pendidikan, LSM-LSM serta media massa. Tujuannya adalah terciptanya perasaan saling memiliki terhadap bangsa ini dalam menjaga keutuhan NKRI.

Kekerasan yang melibatkan agama bisa diatasi dengan jalan membuka pintu dialog sebanyak-banyaknya antar pemeluk agama yang difasilitasi oleh negara. Ini semua bertujuan agar tercipta sikap saling toleran satu sama lain.

Kekerasan karena urusan ‘perut’ juga mestinya bisa redam oleh pemerintah dengan usaha pemerataan ekonomi, penyediaan lapangan kerja berbasis padat karya, dan penegakan hukum tanpa pandang bulu.

Kalau negara masih saja meredam anarkisme massa dengan hanya melakukan pendekatan jangka pendek saja, maka disintegrasi bangsa menjadi taruhannya. Mau?


Muhammad Itsbatun Najih
Mahasiswa Fakultas Adab & Ilmu Budaya
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
(//rhs)

Kekerasan Bukan Budaya Kita

Kamis, 7 Oktober 2010 - 12:02 wib

Image: corbis.com

KITA tentu prihatin menyaksikan serentetan aksi kekerasan yang terjadi belakangan ini di Tanah Air. Mulai dari penyerangan sekelompok orang ke Mapolsek Hamparan Perak, Sumatera Utara, kerusuhan Tarakan, bentrok di Jalan Ampera, Jakarta Selatan, ledakan bom rakitan di Duren Sawit, Jakarta Timur, hingga penyerangan massa ke perkampungan warga Ahmadiyah di Bogor.

Aksi kekerasan seolah menjadi budaya sebagian masyarakat kita. Masyarakat yang dikenal ramah, santun, toleran, dan mencintai kedamaian seolah terkebiri oleh berbagai kekerasan yang terjadi antarsesamanya sendiri. Begitulah kenyataannya, kekerasan begitu mudah meletup. Ironisnya, kekerasan terkadang dipicu oleh masalah sepele. Hal itu menjadi lebih kompleks lagi karena Indonesia terdiri atas berbagai ragam suku dan ras sehingga sekali waktu terjadi gesekan yang mengakibatkan perselisihan.

Jika perselisihan tersebut tidak diselesaikan segera maka akan menjadi “api dalam sekam”, dan biasanya tak berapa lama kemudian meledak menjadi ajang pertarungan antarsuku. Banyak hal yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan musyawarah namun masyarakat justru lebih suka menyelesaikan dengan kekerasan. Seolah-olah penyelesaian masalah dengan kekerasan itu menjadi candu untuk memuaskan ego masing-masing. Apa pun alasannya, tindakan kekerasan merupakan tindakan yang tidak bermoral.

Negara yang masyarakatnya memiliki budaya tinggi sangat jarang terjadi kekerasan. Kalaupun ada ,sifatnya hanya sporadis dalam skala yang sangat kecil. Masyarakat sudah dewasa untuk memilih tindakan yang benar dan salah. Kemiskinan dan tingkat pendidikan yang rendah menjadi pemicu utama berkembangnya kekerasan. Faktor lain adalah penegakan hukum yang lemah, hukum tidak diberlakukan dengan semestinya. Pemerintah memiliki peran penting dalam mencegah kekerasan yang terjadi di negeri ini.

Masyarakat sudah lelah menyaksikan beragam aksi kekerasan yang terjadi hampir setiap hari apalagi disiarkan terus menerus di media massa, terutama televisi. Pemerintah seharusnya memiliki solusi jangka pendek dan jangka panjang untuk meredam kekerasan. Untuk jangka pendek, misalnya, dengan bertindak tegas terhadap pelaku kekerasan termasuk para provokator di belakangnya.

Dalam jangka panjang, kemiskinan dan kebodohan perlu segera diberantas sembari memberikan pemahaman kepada para generasi muda akan pentingnya kerukunan dan keharmonisan hidup bermasyarakat. Begitu banyak kerugian yang diderita akibat kekerasan bukan hanya kerugian material dan nonmaterial tetapi juga kerugian psikologis berupa ketakutan dan trauma yang sulit dilupakan. Karena itu, kekerasan harus kita stop. Jangan jadikan kekerasan sebagai budaya masyarakat. Semoga.(*)

Steven Gunawan
Mahasiswa Manajemen FE
Universitas Kristen Petra Surabaya(//rhs)

Mengubah Pikiran Masyarakat mengenai Kekerasan

Kamis, 7 Oktober 2010 - 16:05 wib

SEPANJANG September 2010 ini, tercatat 24 kasus kekerasan terhadap PRT, kasus yang terkuak ini adalah jenis kekerasan berat. Diperkirakan masih banyak kasus-kasus kekerasan ringan lain yang tidak terdeteksi.

Seringnya kekerasan yang terjadi di masyarakat saat ini sangat mengkhawatirkan. Hal ini menjadi indikasi bahwa masyarakat sedang mengalami frustasi sosial. Mulai dari kekerasan intrapersonal sampai yang antaretnis. Hal ini terlihat begitu ironis dan memprihatinkan karena berita kekerasan yang beredar di media global saat ini sedang dihadapi dan dilakukan masyarakat Indonesia yang terkenal ramah, beragama, dan berbudaya.

Menilik konflik yang terjadi di Tarakan, membuat kita khawatir dan was-was karena ditakutkan konflik ini akan menyebar dan meluas apabila tidak dilakukan pengawasan dan upaya-upaya penanggulangan seperti konflik Sampit yang terjadi 10 tahun lalu. Wakil ketua DPR dari PDIP Pramono Anung menilai konflik Tarakan terjadi karena kesenjangan ekonomi. Pemerintah telah bertindak cepat dan tanggap akan konflik ini sehingga sekarang konflik Tarakan sudah mulai reda dan aktivitas sudah mulai berjalan seperti biasanya.

Kekerasan yang menjadi primadona di negeri ini adalah kekerasan dalam rumah tangga khususnya pada wanita. Tercatat mulai 2003 terjadi sebanyak 7.787 kasus dan mengalami peningkatan 180 persen sebesar 14.020 pada 2004. Dan sampai 2007 terdapat 54.425 kasus. Kekerasan ekonomi dalam rumah tangga dan kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan komunitas merupakan jenis kekerasan paling besar yang dialami oleh perempuan.

Jika kita analisa kasus kekerasan ini berdasarkan interaksi sosial yang paling intensif, dapat dipilih kasus KDRTdi dalam rumah tangga, ketegangan maupun konflik merupakan hal yang biasa terjadi. Perselisihan pendapat, perdebatan, pertengkaran, saling mengejek atau bahkan memaki juga lumrah. Tapi kesemuanya itu bukanlah serta merta disebut sebagai kekerasan dalam rumah tangga. Biasanya kekerasan dalam rumah tangga lebih ekstrim—seperti yang biasa diadegankan di sinetron-sinetron di televisi. Pelaku kekerasan memiliki kekuasaan yang lebih besar dari berbagai segi, seperti dari segi fisik, segi ekonomi, dan atau segi status sosial dalam keluarga.

Jika dilacak sebab-sebab kekerasan yang dilakukan oleh pelakunya—biasanya sang istrilah yang menjadi korban. Pertama, adanya fakta bahwa laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat. Kita telah ter-mindset bahwa lelaki berkuasa atas perempuan.

Kedua, kebudayaan kita mendorong perempuan atau istri supaya bergantung kepada suami, khususnya secara ekonomi. Hal ini membuat perempuan hampir sepenuhnya berada di bawah kuasa suami dan suami merasa berkuasa secara ekonomi khususnya.

Ketiga, masyarakat tidak menganggap KDRT sebagai persoalan sosial, tetapi persoalan pribadi suami-istri sehingga orang lain tidak boleh ikut campur. Masyarakat menganggap masalah ini sebagai masalah pribadi atau rumah tangga yang orang lain tidak layak mencampurinya

Ternyata penderitaan akibat penganiayaan dalam rumah tangga tidak terbatas kepada sang istri saja, tetapi juga menimpa anak-anak. Bagaimana bisa? Anak-anak bisa mengalami penganiayaan secara langsung atau merasakan penderitaan akibat menyaksikan penganiayaan yang dialami ibunya. Menyaksikan kekerasan merupakan pengalaman yang sangat traumatis bagi anak-anak. Mereka sering kali ketakutan dan tidak mampu berbuat sesuatu ketika sang ayah menyiksa ibunya. Hal ini ternyata berakibat sangat fatal pada perkembangan kejiwaan anak-anak. Mereka akan merasa gelisah, gugup, cemas, dan lain-lain.

Berdasarkan deklarasi penghapusan kekerasan terhadap perempuan, negara berkewajiban melindungi warganya dari serangan kekerasan, baik di lingkup publik maupun di di dalam rumah tangga. Untuk itu dipelukan jaminan hukum maupun sarana rehabilitasi guna mengatasi persoalan kekerasan dalam rumah tangga. Selain itu peluang pemenuhan hak korban harus dibuka lebar dan kapasitas masyarakat dalam menyikapi kekerasan dalam rumah tangga harus diperkuat.

Febry Nanda Saputra
Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA
Institut Pertanian Bogor(//rhs)

Mengkritisi Peran Aparat dalam Kekerasan Massa

Kamis, 7 Oktober 2010 - 18:06 wib

Foto: dok. pribadi

KEKERASAN massa nampaknya menjadi permasalahan yang sedang hangat untuk kita bicarakan, sekaligus mencari penyebab serta solusinya. Banyak media massa baik elektronik ataupun surat kabar menjadikan kekerasan massa sebagai headline dalam berita mereka.

Tentunya masih ingat dengan aksi kekerasan massa mulai dari kasus kerusuhan makam Mbah Priuk, masalah kasus HKBP dan yang paling terkini adalah kasus kekerasan massa di Jl. Ampera Jakarta dan masih banyak aksi kekerasan massa yang lainnya baik di tingkat nasional maupun di tingkat primordial.

Hal ini tentunya menjadi permasalahan serius bagi bangsa ini, ketika bangsa ini sedang karut marut oleh keaadaan politik ataupun masalah budaya aksi kekerasan massa seolah menjadi duri tajam di tengah ranjau paku yang sedang dialami oleh bangsa ini. Kekerasan massa seolah menambah kacaunya negara ini dan menjadi bukti nyata jika rasa persatuan dan budaya kerukunan sudah mulai pudar bahkan bisa jadi sudah mulai matinya budaya kerukunan bangsa ini. Lalu sebenarnya apa yang menjadikan maraknya aksi kekerasan massa saat ini dan bagaimana dengan peran negara yang seharusnya menjadi garda depan dalam kontrol pengamanan bangsa ini?

Tentunya hal ini harus dilihat dari berbagai sudut, mulai dari politik, ekonomi, sosial dan budaya. Aksi kekerasan massa tidak hanya dapat dilihat dari satu persoalan dan satu sebab saja. Banyak faktor yang menjadikan aksi kekerasan massa sekarang ini marak dilakukan baik di tingkat nasional dengan kasus terorisme, maupun di tingkat primordial dengan kasus kekerasan massa yang bertajuk masalah suku, agama dan ras (SARA).

Hak setiap orang untuk mendapatkan perlindungan dan kedamaian saat ini nampaknya sudah semakin sulit diperoleh. Lalu di manakah kontrol negara melalui aparat kepolisannya yang seharusnya mengayomi dan melindungi masyarakat dan sebagai preventif dalam kasus kekerasan saat ini. Peran aparat negara kini semakin tidak dipercaya oleh masyarakat, polisi seolah menjadi suatu alat hagemoni pemerintah atau kalangan elit tertentu. Buktinya kita lihat dalam kasus makam Mbah Priuk dan kasus masalah penggusuran lainya yang berujung bentrok fisik, yang justru terjadi antara masyarakat dan aparat negara yang seharusnya menjadi pelerai dalam kasus ini.

Tanpa bermaksud menghilangkan peranan aparat negara, Kasus semacam ini seolah menunjukan bahwa rasa ketidakpercayaan masyarakat terhadap kontrol negara melalui aparatnya sudah mulai pudar. Selain seharusnya bertindak sebagai pelerai dan pencegah aksi kekerasan justru aparat terkadang menjadi aktor dalam kasus kekerasan massa ini.

Ada beberapa solusi yang bisa ditawarkan dalam kasus semacam ini diantaranya adalah dengan mengembalikan rasa kepercayaan masyarakat terhadap aparat negara, agar peranan aparat yang seharusnya menjadi pelerai dalam kasus kekerasan tidak disokong oleh kepentingan politik ataupun kaum elit lannya. Selain itu budaya kerukunan juga harus selalu ditananmkan oleh setiap orang, rasa saling menghormati dan saling menghargai harus selalu tertanam di hati setiap orang agar konflik masalah SARA tidak akan pernah kita lihat lagi. Dan perlu satu kesadaran oleh setiap orang yakni kembali pada pancasila yang mengajari kita hidup damai dan saling menghormati antarsesama. Agar bangsa ini tidak diisi oleh berita-berita kekerasan tetapi diisi oleh berita-berita prestasi yang patut kita banggakan.

Dedi Prestiadi
Ketua BEMP KI STAIN Purwokerto
Mahasantri Pesantren Mahasiswa An Najah Purwokerto(//rhs)

Negeri yang Tidak Bersahabat dengan Kedamaian

Jum'at, 8 Oktober 2010 - 16:13 wib

Foto: dok. pribadi

SEJAK revolusi industri di Inggris pada kisaran abad ke-18 dan abad ke-19, kekerasan begitu merebak dalam lingkaran pekerja dan buruh yang tertekan oleh sistem yang begitu mendehumanisasikan mereka. Dampak sosial yang terjadi pada waktu itu begitu mengerikan sampai-sampai mata pun tak mampu untuk menyaksikannya.

Kekerasan atau violence merupakan titik klimaks dari moral suatu masyarakat. Moral masyarakat yang juga ditentukan oleh tingkat intelektualitas dan religi mereka memang begitu amat penting untuk kemudian dijadikan sebagai rujukan dalam mempelajari sifat-sifat manusia. Dalam konteks kekinian, kita perlu untuk memahami bahwa kekerasan timbul dikarenakan oleh kontrol negara melalui peraturannya yang tak mampu untuk menekan kuantitas kekerasan yang hadir di tengah kehidupan bernegara kita.

Bisa kita lihat beberapa produk peraturan yang terdefinisikan ke dalam hukum Islam, pembentukan Komnas perlindungan anak dan wanita, sampai dengan lahirnya civil society yang bergerak di dalam ranah HAM. Semua hal tersebut memang begitu extraordinary untuk kemudian diejawantahkan ke dalam impian kedamaian bangsa ini.

Akan tetapi yang terjadi sangat jelas, perangkat hukum dan organisasi yang sudah dibangun oleh bangsa ini dengan dana yang begitu besar nyatanya belum memberikan pencerahan kepada persoalan kekerasan di bangsa ini. Lagi-lagi bangsa ini hanya dapat beretorika lewat produk hukum yang abstrak untuk diterapkan.

Oleh karena itu, diperlukan sebuah pernyataan yang tegas dari elemen masyarakat untuk dapat menggerakan opini publik kepada nilai-nilai humanisme dan nilai-nilai kedamaian. Perlu ada pemahaman terhadap sejumlah peraturan yang ada di bangsa ini terkait lembaga-lembaga negara yang bergerak di perlindungan HAM. Disamping itu juga perlu ada gerakan yang mampu mengelola masyarakat secara terarah. Dengan hal-hal tersebut, maka kita akan mampu menciptakan persahabatan dengan kedamaian di negeri ini.

M Reza S Zaki
Fakultas Hukum UGM
Kepala Departemen Kastrat Dema Justicia
Ketua DPF KM UGM(//rhs)

Meminimalisasi Kekerasan

Senin, 11 Oktober 2010 - 10:36 wib

Image: corbis.com

SEMAKIN lama, masyarakat semakin brutal dalam menanggapi persoalan. Masalah yang kecil sering dibesar-besarkan sehingga bentrok atau perkelahian sering terjadi.

Saat ini yang sedang marak adalah kekerasan yang dilakukan oleh massa (banyak orang atau sekelompok orang). Perlu dicurigai apa motif di balik kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang ini. Apakah benar kekecewaan kepada suatu lembaga atau ada tindakan provokatif di balik semua ini? Kekerasan yang terjadi sering dipicu oleh dua faktor yaitu etnis dan agama. Hal ini wajar untuk negara demokrasi seperti Indonesia karena kita mempunyai enam agama resmi dan berbagai macam suku bangsa dari Sabang sampai Merauke. Kekerasan yang menyangkut etnis atau agama ini mudah sekali dikompori. Namun kita juga tak dapat menyalahkan masyarakat karena mereka yang bentrok adalah mereka yang berpendidikan rendah.

Adapun beberapa upaya yang dapat dilakukan sebagai solusi masalah kekerasan massa ini di antaranya dengan peningkatan kualitas pendidikan, membuka lapangan pekerjaan, penegakan hukum, dan peran media massa. Pertama, upaya peningkatan aspek pendidikan. Masyarakat Indonesia sedang mengalami patologi sosial yang amat kronis. Bahkan sebagian besar pelajar dan masyarakat kita tercabut dari peradaban ketimuran yang beradab, santun dan beragama. Di samping itu pendidikan yang diberikan hanyalah untuk meningkatkan intelligence quotient (IQ) sementara emotional quotient (EQ) dan spiritual quotient (SQ) tergadai. Oleh sebab itu, eksistensi SQ harus terintegrasi dalam target peningkatan IQ dan EQ siswa.

Dengan menanamkan SQ dan EQ, kita dapat menekan masalah sosial dan masalah-masalah yang timbul di Indonesia. Pendidikan diperlukan bukan hanya untuk menjadikan generasi Indonesia pintar, tetapi yang paling penting adalah untuk menanamkan moral. Kedua, membuka lapangan pekerjaan. Dengan membuka lapangan pekerjaan kemiskinan dapat teratasi. Bila masyarakat kita tidak miskin, pastilah rakyat tidak berpikiran “apapun akan kulakukan demi uang”. Tanpa kita sadari, kemiskinan sering dimanfaatkan oleh elite politik untuk mengadu domba. Ketiga, mendorong penegakan hukum dan peran media massa.Lemahnya penegakan hukum dan pertikaian elite bangsa yang seringkali ditayangkan di media massa menjadi pemicu kekerasan.

Kekecewaan masyarakat juga berasal dari penegakan hukum yang seperti kincir angin. Ke mana angin bertiup, ke situlah arah kincir berputar. Penegakan hukum di negara kita masih sangat lemah. Contohnya saja kasus terpidana korupsi, di mana banyak pidana korupsi yang diberikan grasi dari presiden. Padahal presiden sendiri mengatakan tidak ada ampun untuk korupsi. Teori Kultivasi yang dicetuskan oleh G Gerbner mengatakan bahwa televisi merupakan suatu kekuatan yang secara dominan yang dapat memengaruhi masyarakat modern. Jadi apa yang mereka lihat di televisi, yang cenderung banyak menyajikan acara kekerasan adalah apa yang mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Akibatnya, muncullah masyarakat yang memilih melibatkan diri dengan kekerasan dan masyarakat yang apatis dengan kemampuan hukum dan aparat yang ada dalam mengatasi berbagai tindakan kekerasan. Di sinilah peran media massa untuk kontrol sosial dan menanamkan nilai-nilai moral kepada masyarakat. Pada akhirnya, kerja sama dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk menekan kekerasan massa ini. Baik dari pemerintah, media massa, maupun masyarakat sendiri.(*)

Suci Amelia Harlen
Mahasiswa Jurnalistik Fikom Universitas Padjadjaran(//rhs)

Pentingnya Kearifan Lokal untuk Mereduksi Anarkisme

Pentingnya Kearifan Lokal untuk Mereduksi Anarkisme
Minggu, 10 Oktober 2010 - 08:23 wib

Nofri Hasanudin. (Foto : Dok pribadi)

“Kita kaya dengan kearifan lokal dan ternyata kerukunan beragama selama ini terjaga dengan kearifan lokal itu.” (Atho Mudzhar, Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI)

Belakangan ini, gejolak sosial antarumat beragama cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia. Kejadian ini sangat tidak mencerminkan rasa ke-Indonesiaan kita yang dikenal sebagai bangsa majemuk yang ramah tamah dan menjunjung tinggi keharmonian antara satu dengan yang lain.

Nyatanya, gejolak sosial yang terjadi saat ini karena pudarnya kearifan lokal sehingga konflik kecil yang terjadi dapat tumbuh menjadi masalah yang besar yang dapat mengundang anarkisme dan kekerasan.

Dari kutipan di atas, pengertian dari kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.

Kearifan lokal dalam kehidupan beragama adalah bagaimana pandangan kita dalam beraktivitas untuk saling menghormati dan menghargai pandangan setiap individu untuk memeluk kepercayaan mereka masing-masing tanpa adanya paksaan dan ancaman.

Kearifan lokal ini berimplikasi pada kokohnya hubungan yang lebih harmonis antar umat beragama sehingga kearifan lokal harus dipelihara guna terjalin rasa kesatuan dan persaudaraan antar umat beragama yang berimbas pada kokohnya rasa nasionalisme bangsa.

Ada tiga cara untuk memperkuat kearifan lokal guna memperkuat kerukunan antar umat beragama.

Pertama, menghilangkan sikap prejudis dan stereotipe untuk menjaga harmonisasi antar umat beragama. Sikap tersebut seringkali mengeneralisasi sebagai sebuah penilaian akhir yang tidak dilandasi dengan bukti-bukti terlebih dahulu. Pada masyarakat multikultural sangat mudah tumbuh sikap prejudis dan streotipe. Untuk itu, kita berharap pemerintah khususnya Departemen Agama untuk mengaktifkan Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) sebagai salah satu cara untuk membangun keharmonisan, misalnya dengan mengaktifkan dialog kebudayaan pemuda lintas agama sehingga peran negara disini sebagai fasilitator antar golongan bukan sebagai badan yang memfasilitasi dalam hal fisik saja.

Kedua, yaitu dengan membangun pendidikan multikultural sebagai wahana sentral dalam relasi simbiosis mutualis antar budaya. Pendidikan kebudayaan diberikan sebagai pembinaan generasi muda. Cara ini guna mentransfer ilmu pengetahuan, ketrampilan dan nilai dengan menawarkan alternatif melalui penerapan strategi dan pendidikan yang berbasis keragaman. Tujuannya bukan hanya untuk memahami pelajaran, tetapi untuk meningkatkan kesadaran mereka agar dapat berperilaku humanis, pluralis dan demokratis.

Ketiga, yaitu menanamkan nilai mendahulukan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan pribadi dan golongan. Rasa kebersamaan dan kebangsaan akan terpelihara dan terbina dengan baik bila kepentingan bersama lebih didahulukan dibandingkan kepentingan pribadi atau golongan. Nilai-nilai ini sebagai bentuk sikap bangsa yang menjunjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan.

Ketiga hal di atas merupakan metode yang ampuh untuk memperkokoh kearifan lokal yang telah pudah demi menjaga kerukunan antar umat beragama sehingga berimplikasi pada kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Nofri Hasanudin
Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Peserta PPSDMS Regional 1 Jakarta
(//rhs)

Kamis, 23 September 2010

Puisi-Puisi Kuspriyanto Namma

TELAGA

Di tempat seasing ini kudapatkan telaga
milik siapa ketenangan air yang jernih
sedang aku jadi malu seusai membuat kecipak
lalu duduk saja memandang cemara-cemara
yang berbaris membentuk bayangan raksasa yang lelap
oleh belaian angin bukit
Sebaiknya engkau datang kemari di saat pagi
saat ikan-ikan bermain dengan pucuk-pucuk ombak
tapi jangan membawa kail itu akan membunuh cacing
daerah ini suci dan merdeka
belum pernah ketumpahan darah, setetes pun
Kalau ingin ikan-ikan datang berkumpul
cukup dengan menyanyi, kau telah pula memanggil
murai, kutut, podang, tilang, jalak, dan emprit
yang membangun sarang di tengah telaga
semakin jelaslah kedamaian dan rasa bersama
berada jauh dari pusat kota
SARANGAN
Telaga itu masih seperti dahulu
jalan melingkar, kabut, cemara-cemara yang berisik
cipak ikan, kicau burung, dan angsa berenang
ketenangan ombaknya sesekali dipecahkan gerak sampan
Telaga itu masih seperti dahulu
pasangan demi pasangan lenyap di balik awan
ringkik kuda, dan pekik kagum para pengunjung
kalau ada yang berubah, kedatanganku tak lagi bersamamu

ELEGI ANGSA

Angsa yang mati kutembak semalam
subuh tadi kembali terbang mengisi awan
paruhnya bagai pedang
memotong sepotong rembulan di puncak bintang
Menatap ketinggian aku melihat gambar-gambar langit
ada gunung, ada pohon dan sarang-sarang
juga laut yang menari bersama
angsa yag mati kutembak semalam

METAMORFOSA

Hujan telah turun tapi engkau malah lenyap dari pandangan
selalu tak kau takut petir yang menyambar-nyambar
kemarin engkau bilang hendak menangkap capung
yang terjun dalam tidurmu
tapi ini bukan musim capung atau kupu-kupu
bahkan bunga-bunga yang kau tanam di pinggir telaga
belum juga mekar
seharusnya kau tidak berlari menembus kabut seorang diri
siapa tahu di belakang itu bersembunyi singa
atau serigala
yang langsung menerkammu ketika kau tak terjaga
Hujan belum reda, dan aku berniat mencarimu dalam hujan
namun tiba-tiba engkau muncul dari balik kabut
membawa seekor singa dan beberapa serigala
aku diam pesona, tak sanggup menatap tapi tak buta

KABUT

Begitu matahari muncul, kabut akan turun
perlahan-lahan
mengepung pepohonan memenuhi lembah dan hutan
kerbau-sapi melenguh kedinginan
Begitu kabut muncul, gunung tinggi menjulang
akan lenyap sekejapan
tak ada lagi sisa-sisa kegagahan
selain suara tilang dan podang yang bertindihan

MITOS

Kutut yang kau tangkap di pinggir hutan
sungguh menyenangkan
bulunya lembut, matanya redup
tak bosan-bosan kupandang penuh kekaguman
Kutut yang kutangkap di pinggir hutan
malam tadi menjelma ular
kulitnya putih-hitam berkilat menakutkan
lepas dari kurungan

POHON PISANG

Selama belum memberi buah
pohon pisang tak akan mati ditebang
kemuliaan seperti itu siapakah yang mewarisinya
pohon jambu atau pohon mangga
Walau matahari membakar kemarau panjang
dan penghujan melahirkan banjir bandang
selama belum memberi buah
pohon pisang tak akan mati ditebang

*) Kuspriyanto Namma, penyair kelahiran Ngawi, 30 Oktober 1965, guru bahasa Indonesia MAN Ngawi, dan pendiri Teater Magnit Ngawi

Puisi-Puisi Aming Aminoedhin

Aku Masih Melihat

catatan ramadhan 1431-h
aku masih melihat
orang-orang melangkah ke masjid
selepas magrib jelang isya tiba
berharap bisa tarawih dengan berjamaah
aku masih melihat
orang-orang melangkah ke mal dan plasa
melepas duit jelang hari raya
agar lebaran tampak gagah lupa hati pongah
aku masih melihat
mal dan plasa berjuta orang
mengigau berjamaah, hamburkan uang
tanpa pernah dirasa atau merasa
ada berjuta orang di luar sana
atau mungkin di sekitar kita
teramat miskin papa
aku masih melihat
jurang menganga
begitu dalam tak terjangkau
dari matabatin orang-orang mengigau
aku masih melihat
berjuta orang meracau dan mengigau
di negeriku yang kacau
Canggu, 19 Agustus 2010
Matematika Lailatul Qodar
pakar matematika pernah berhitung
jika seribu bulan
adalah 83 tahun lebih umurnya
sedang usia manusia
tak lebihi angka sejumlah itu
maka bersujud dan beramallah
pada saat lailatul qodar
hingga impaslah segala dosamu
dibayar oleh sujud-amalan
di malam qodar itu
aku termangu (mungkin ragu)
lantas kita semua terjaga
apa benar begitu?
Canggu, 19/8/2010

Dentang Suara

dentang suara benar itu tak selamanya enak didengar. hari-hari biasa kau bisa diburu langkahmu. hanya lantaran suara kebenaran yang kau kicaukan terasa sesakkan dada penguasa
dentang suara yang kaunyanyikan bukan lagu merdu bagi penguasa
langkahmu hari ini bisa terhenti. tapi berjuta politisi jalankan kembali langkahmu, yang kian mengarah suara benar tak enak didengar itu
dentang suaramu mendedah bagi penguasa berhati pongah (mungkin serakah) dalam hidup ini. mengalah bukan kalah, saudaraku
tapi kau semakin tak peduli. bahkan mungkin rakyat
juga kian ingin bukti kebenaran itu terungkap
dentang suaramu memang tak enak didengar
tapi benar yang kau tebar akan jadi bukti
nyanyian kau lantunkan adalah kebenaran
tak terbantahkan. tak terbantahkan!
Desaku Canggu, 13/4/2010

Peluit Itu Jadi Nyanyian

peluit kau tiup ketika para penguasa butuh atap tertutup
telah memporakporandakan negeri ini
peluit yang kau tiup bagai nyanyian indah tak terbantah
telah membelalakkan mata rakyat tak percaya
dunia memang telah jungkirbalik
polisi menangkap maling, dan malingnya
berbalik tangkap polisi
peluit itu terus bernyanyi, bagai peluit keretaapi
setiap stasiun berbunyi. setiap pejabat korup
peluit berbunyi. suara peluitmu, jadi hantu
bagi setiap pejabat korup jadi takut
adakah pada dirinya akan juga bernyanyi?
peluit kau tiup ketika para penguasa butuh atap tertutup
telah memporakporandakan negeri ini
peluit yang kau tiup bagai nyanyian indah tak terbantah
telah membelalakkan mata rakyat tak percaya
ternyata masih ada juga manusia berhati mulia
semulia nyanyian peluitmu terus memburu
para koruptor itu
Desaku Canggu, 13/4/2010

Telah Tamat

sp
persetan amat. semua telah tamat
hari berlalu beku. tawar tanpa makna
helatan kau tawarkan basi. tanpa makna arti
sebab segala acara, hanya bersandar pada takar harta
bukan getar jiwa. puisi adalah getar jiwa
bukan harga takar uang kau punya. bukan!
puisi berwarna dasar hati suci mewangi, sedang kau
coba tawarkan otak keledai berbungkus bangkai
busuk dan masai!
aku tak tahu ada juga ikut barisan itu
beriring-iringan bagai keledai nan bodoh
mengangkut berkarung kesalahan tak senonoh
tapi mereka tak paham, terus berjalan
ke mana arah dilangkahkan?
persetan amat. semua telah tamat
hari berlalu beku. tawar tanpa makna
gedung itu bisu. kau kian tambah bisu
hati kelu menimbun beribu-ribu, dan
barisan mereka hanya bilang setuju!
Sidoarjo, 8/6/2010

*) Aming Aminoedhin, staf Balai Bahasa Surabaya, penggagas malam sastra Surabaya (malsasa). Tinggal di Mojokerto

Rabu, 22 September 2010

PUISI2 DIAN HARTATI

Puisi-Puisi Dian Hartati

Savasana

semesta melingkar
aroma laut, panas, getah, daun
pusaran
melawan gravitasi
aku meninggalkan raga
kau menarik benang kenangan
''jangan tidur,'' bisikmu
aku melancong
meluruskan punggung
kaki
berjalan
aku melayang
meniadakan dirimu
melupa pekerjaan
menghirup malam
gelap
dan getah terus menetes
berusaha menyalakan
menumbuhkan cahaya
waktu tak pernah berhenti
saling menarik
semesta membuka dimensi
melangkahkan kaki
keluar dari
lingkaran
SudutBumi, 2010

---

Para Penghela

-1-
duduklah dengan nyaman
sesekali atur napas agar tak tegang kendalimu
di atas sana
matahari semakin mengurut keringat
memecah batubatu
jadi kerikil di aspal jalanan
susuri setapak ini
bernapaslah dengan lapang
suarasuara akan membawamu ke masa silam
tempat para kesatria bertarung
tak hiraukan darah
memercik
teruslah menyusuri
jika letih datang padamu
tinggalkan kota
bersama ruh, jejak itu hilang
bungkam

-2-
pagi betapa sunyi
perjalanan hanya menyisakan peluh
lingkaran ini semakin menyudutkan
teruslah berputar
hingga titik dijumpai
pertemuan semakin menyata
tak ada istirah
karena waktu tidak pernah berhenti
terus bergerak
mundur

-3-
kukuhkan badanmu
kuatkan setiap pijakan
hatihati
salah memikat, kau terinjak
inilah ruang yang dihuni
setiap perkataan akan jadi teriak
bisikan akan merapuhkan pandangan
matahari benarbenar tumbuh di dadamu
sekuat arus yang kau lawan
tinggalkan kota
sebab gemuruh bangkitkan petaka
redup
ditingkah bayangbayang

-4-
turunlah
kau telah tiba
SudutBumi, 2010

---

Pepasir

berjalan pada pasirmu
aku merindukan sesuatu yang berteriak
: suaraku
segala yang tak pernah kutemukan
tibatiba membuatku tercekat
laut merajah
angin menikam
dan ombak mengurungku dalam keterasingan
berjalan pada pasirmu
aku menemukan muara
tempat air mata menyusun cerita
akhirnya
lekat pasir itu mampu membutakan aku
menghardik kulit yang terbenam
meminang cercah cakrawala
SudutBumi, 2009

---

Mencatat Jarak (1)

kembali
stasiun mengantarkan ragamu
menjadikan rindu sebagai luka
jarak kian menjarak
senja selalu menjadi malam
adakah dirimu resah
di gerbonggerbong penuh karat
SudutBumi, 2010

---

Mencatat Jarak (2)
perpisahan
menjadikan waktu batu
angin bungkam
dan purnama yang pernah kita lihat hanya jadi keluhan
aku mencatat beberapa peristiwa
untuk dikenangkan
saat perjumpaan tiba
aku mencatat berapa jarak terhampar
tak pernah pasti
SudutBumi, 2010

---
DIAN HARTATI, lahir di Bandung, 13 Desember 1983. Menyukai jalan-jalan dan menenggelamkan diri dalam perjalanan kata-kata. Bergiat di dunia kepenulisan sejak 2002. Setelah lulus dari Universitas Pendidikan Indonesia, jurusan bahasa dan sastra Indonesia, tetap berproses menulis dan mengelola blog www.sudutbumi.wordpress.com.

PUISI2 HAMDY SALAD

Puisi-Puisi Hamdy Salad

BULAN MELAYANG

Guyur aku dengan darah panasmu
dan biarkan kompor gas itu menyala
mematangkan butiran beras
daging cinta dan urat-urat biru
sekujur tubuhku. Bulan melayang
lepas cahaya dari ikatan malam
menyusup tanganmu ke dalam dada
memeras pahit empedu
dekat jantungku. Luka pun berbunga
menari-nari di ujung tangkai
tegak berdiri menghunjam tanah
saat langit menggambar wajahmu
dan bumi bersinar di telapak kakiku
Duhai penjaga asmara yang setia
kibarkan tujuhpuluh sayapmu
agar aku bisa terbang kembali
menempuh rindu tanpa nafsu bidadari
(2010)

MIMPI BERJALAN

Di atas gelombang samuderaku
mimpi-mimpi berjalan tanpa kaki
menolak dandan pengantin baru
melepas jubah dan pakaian
bagai perahu sedang berlabuh
pulang dan pergi ke tepi pantai
mencari pangkal segala ruh
di antara topan dan badai
Separuh bayang-bayang meregang
dan melenguh di sisi ranjang
suntuk jiwaku dalam dekapan
harum lempung dadamu
kuhirup sampai hilang purnama
di antara kekalahan dan kemenangan
di antara kehidupan dan kematian
Suara sembilu bertalu-talu di udara
membawa pergi semua yang terluka
(2010)

BINTANG PAGI

Bintang pagi wajahmu
masih juga berseri di langit itu
walau fajar telah merekah
dan bumi berdarah-darah
Tapi entah, kapan aku bisa bertemu
dekap erat kilau tubuhmu
sepanjang mimpi yang diberkahi
Angin lalu menggulung kesepian
dingin matamu menjelma jam tangan
Bau rindu menyengat pernafasanku
(2010)

TAK MATI-MATI

Kenapa cinta itu tak mati-mati
di sini, di lambung kosong ini
terus menari bersama usus duabelas jari
mengaduk biji-biji cabe dan tomat merah
sampai duka kembali ke rahim sunyi
dan pohon berbuah di dalam rumah
mengusap airmata doa
mengucap doa airmata
tepati janji di ujung sajadah
Sebilah pisau berkilat dari pinggangmu
tapi darahku telah mengalir lebih dahulu
melukis resahmu di empat penjuru
(2010)

KUPU-KUPU TERBANG

Kupu-kupu terbang sendirian
mencari jejakmu yang berbunga
di atas pundak batu karang
kala cermin membuka kelambu
rahasia ombak dan gelombang
Lalu usia menumbuk waktu
hingga pasir dan debu bersinar
di tepi lautmu. Masa lalu kelaparan
meminta dagingku jadi cincangan
saat senja mulai bertandang
menabuh dadaku bagai genderang
Maka itu kasihku, medekatlah!
peluk jiwaku dalam selimutmu
jangan tinggalkan aku sendirian
jangan biarkan aku kebingungan
(2010)

---
Hamdy Salad, dosen Creative Writing Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Menerbitkan kumpulan puisi: Sebutir Debu Di Tepi Jurang (2004), Rubaiyyat Sebiji Sawi (2004), Sajadah di Pipi Mawar (2005), Mahar Cinta Bagi Kekasih (2005), Dzikir Logam (Dami, 2009).

Senin, 12 Juli 2010

PUSAT PEMERINTAHAN

*Boyongan Pusat Pemerintahan

Alasan dan Waktu Boyongan

Mengapa harus pindah ? pada Encyclopedia Van nederlandsch Indies Grovenhoge; Mertimes nijhoff, 1919, halaman 274-274,terdapat keterangan yang menjelaskan bahwa ibu kota Berbek adalah wilayah yang terisolasi. Karena itu tentunya sulit untuk berkembang. Kebetulan pada waktu itu sedang dilakdanakan pembangunan jalur kereta api jurusan Surabaya – Solo, sehingga ibu kota Kabupaten Berbek perlu pindah ke Ngandjoek yang dekat dengan jalur kereta api, strategis dan lebih berhubungan dan berkomunikasi dengan dunia luar.

Dalam Encyclopedia tersebut hanya disebut waktu keoindahan angka tahun 1883, namun angka ini agak disangsikan. Dalam foto dokumentasi “Peringatan 50 Tahun Berdirinya Kota Ngandjoek Yang diadakan di Onderdistrixk Prambon”, ditemukan angka 1880 – 1930. Hal ini berarti :

Peringatan HUT Kabupaten Ngandjoek yang ke-50 diadakan pada tahun 1930.

peringatan dilaksanakan pada saaat RMAA.Sosrohadikoesoemo (Gusti Djito) masih menjabat sebagai Regenty (Bupati) Ngandjoek

Tahun 1880 adalah tahun suatu kejadian yang diperingati yaitu mulainya kedudukan ibu kota Kabupaten Berbek pindah ke Ngandjoek

Pada tahun1880 yang menjabat sebagai Bupati (Regent) Berbek adalah KRMT.Sosrokoesoemo III.

KRMT.Sosrokoesoemo III adalah bupati di Berbek yang terakhir dan sebagai bupati yang pertama di kota Nganjuk

Dari dua Sumber dokumentasi tersebut, penulis memberanikan diri mengajukan hipotesa sebagai berikut :

tahun 1880 merupakan tahun boyongan dati Berbek masuk Rumah Dinas Bupati di Ngandjoek

Oleh karena kepindahan tersebut tidak hanya boyongan tempet tinggal bagi pejabat bupati saja, tetapi diikuti dengan kepindahan seluruhperangkat pemerintahan pada waktu itu, tentunya melalui proses yang cukup lama, dan rupanya baru berakhir pada tahun 1883.

Berdasarkan asumsi sementara tersebut, ternyata masih ada teka-teki yang belum dapat terkuak sampai saat ini, yaitu kapan waktu yang sebenarnya bagi proses boyongan tersebut. Untuk asumsi yang pertama (item a) ada sedikit petunjuk sebagi berikut:

Ibu R.Ayu Moestadjab (ahlli waris KRMAA Sosrohadikoesoemo, jatuh cucu), dalam suratnya kepada Adi Soesanto, Kasubak Humas Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Nganjuk, pada tanggal 2 Maret 1987, menjelaskan bahwa HUT Kabupaten Nganjuk pada tahun 1930 jatuh pada hari Kemis Legi bulan Agustus.

Hari Kemis Legi bulan Agustus1930, setelah dicari melalui patokan dalam “Melacak Hari Lahir Plus Hari Pasaran”, ternyata jatuh pada tanggal 21 Agustus 1930.

Apabila penjelasan dari Ibu R.Ayu Mustadjab tersebut benar, maka boyongan dari Berbek masukRumah Dinas Bupati Nganjoek terjadi pada tanggal 21 Agustus 1880 atau jatuh pada Sabtu Kliwon.

Pertanyaan berikutnya adalah mengenai rute mana yang dipergunakan dalam melakukan proses boyongan tersebut. Satu hal yang perlu diingat, bahwa pola piker jaman leluhur dulu senantiasa memperhatikan hitungan atau patokan dalam ajaran Kejawen.

2. Nganjuk Sebagai Ibukota

Dikemukakan bahwa pada tahun 1880 Bupati Berbek telah bertempat tinggal di Nganjuk, sedangkan perangkat pemerintahan lainya diperkirakan pada tahun 1883 sudah selesai menyusul pindah ke kota Nganjuk. Berdasarkan kenyataan ini, apakah mungkin terdapat suatu ketetapan resmi yang menyatakan Kota Nganjuk sebagai Ibukota Kabupaten? Dalam Statsblad van Nederlansch Indie No.107, dikeluarkan tanggal 4 Juni 1885, memuat SK Gubernur Jendral dari Nederlandsch Indie tanggal 30 Mei 1885 No 4/C tentang batas-batas Ibukota Toeloeng Ahoeng, Trenggalek, Ngandjoek dan Kertosono, antara lain disebutkan:

“III tot hoafdplaats Ngandjoek, afdeling Berbek, de navalgende Wijken en kampongs :

de Chineeshe Wijk

de kampong Mangoendikaran

de kampong Pajaman

de kampong Kaoeman

Dengan ditetapkanya Kota Nganjuk yang meliputi kampung dan desa tersebut di atas menjadi ibukota Kabupaten Nganjuk, maka secara resmi pusat pemerintahan Kabupaten Berbek berkedudukan di Nganjuk.


Hak Cipta © 2010 Pemerintah Kabupaten Nganjuk. Dilindungi oleh Undang-undang
HumasPDE(pde@nganjukkab.go.id)

CIKAL BAKAL NGANJUK

*Berbek,Cikal Bakal Kabupaten Nganjuk

Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo I :

Dalam uraian berikut ini lebih banyak menjelaskan tentang

3). Baca Akte Komisaris Daerah-daerah Keraton yang telah diambil alih oleh Residensi Kediri, yang ditandatangani di Semarang oleh Van Lawick Van Pabst. Dalam akte kolektif ini juga ditetapkan personalia pejabat-pejabat Kabupaten yang lain, seperti Patih, Mantrie, Jaksa, Mantri Wedono / Kepala Distrik, mantri Res dan Penghoeloe.

Perjalanan sejarah keberadaan Kabupaten Berbek “cikal bakal” Kabupaten Nganjuk sekarang ini. Dikatakan “cikal bakal” karena ternyata kemudian bahwa alur sejarah kabupaten Nganjuk adalah berangkat dari keberadaan Kabupaten Berbek dibawah kepemimpinnan Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo 1.

Kapan tepatnya daerah Berbek mulai menjadi suatu daerah yang berstatus kabupaten, kiranya masih sulit diungkapkan. Namun dari silsilah keluarga dan catatan:”Peninggalan Kepurbakalaan Kabupaten Nganjuk” tulisan Drs. Subandi, dapat diketahui bahwa bupati Berbek yang pertama adalah KRT. Sosrokoesoemo 1 (terkenal dangan sebutan Kanjeng Jimat).

Pada masa pemerintahanya dapat diselesaikan sebuah bangunan masjid yang bercorak hinduistis yang bernama masjid yoni Al Mubaarok. Terdapat sinengkalan huruf arab berbahasa jawa yang berbunyi:

Bagian depan :Ratu Pandito Tata Terus (1759)

Bagian Bawah :Ratu Nitih Buto Murti(1758)

Kanan/kiri: Ratu Pandito Tata Terus (1759)

Belakang: Ratu Pandito Tata Terus (1759)

Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrodirdjo

Setelah KRT Sosrokoesoemo meninggal dunia tahun 1760 (Leno Sarosa Pandito Iku), sebagai penggantinya adalah Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrodirdjo. Mendekati tahun 1811, Kabupaen Berbek pecah menjadi 2(dua), yaitu Kabupaten Berbek dan Kabupaten Godean. Sebagai bupati Godean adalah Raden Mas Toemenggoeng Sosronegoro II.

Kanjeng Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo II:

Dalam perkembangan selanjutnya, sebagai tindak lanjut adalah perjanjian sepreh tahun 1830, yaitu adanya rencana penataan kembali daerah-daerah dibawah pengawasan dan kekuasaan Nederlandsch Gouverment,dengan SK 31 agustus 1830, ditetapkan bahwa Kabupaten Godean dinyatakan dicabut dan selanjutnya digabung dangan Kabupaten Berbek (yang terdekat). Dengan akte Komisaris daerah-daerah Keraton yang telah diambil alih dan ditandatangani oleh Van Lawick Van Pabst tanggal 16 juni 1831 di Semarang, ditunjuk sebagai bupati Berbek adalah Kanjeng Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo II. Dari akte tersebut dapat diketahui bahwa Godean telah berubah statusnya menjadi Distri Godean, yang bersama-sama dengan distrik Siwalan dan distrik Berbek menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Berbek.

Raden Ngabehi Pringgodikdo :

KRT Sosrokoesoemo II(1830-1852)meninggal dunia tanggal 27 agustus 1852 karena menderita sakit paru-paru.yang ditunjuk sebagai penggantinya adalah Raden Ngabehi Pringgodikdo, patih dari luar Kabupaten Ngrowo, yang bukan termasuk garis keturunan / keluarga dari KRT.Sosrokoesoemo II. Pilihan jatuh pada Pringodikdo ini karena putra-putra dari KRT.Sosrokoesoemo II (Bupati yang telah meninggal) dianggap kurang mampu unuk menduduki jabatan bupati tersebut

Sedangkan Pringgodikdo dinilai lebih cakap dan berbudi pekerti yang baik, selain itu mempunyai pengalaman yang cukup daripada calon-calon lain yang diusulkan, sehingga dianggap mampu dan pantas untuk menggantikan KRT. Sosrokoesoemo II almarhum.

Pengangkatan Pringgodikdo sebagai bupati yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Jendral Nederlandsch India di Batavia, tanggal 25 November 1852. selanjutnya, apabila disimak dari isi surat residen Kedirie yang pertama, tanggal 20 September 1852 tetang pertimbangan-pertimbangan terhadap Pringgodikdo untuk diangkat menjadi Bupati Berbek adalah sebagai berikut:

“Kabupaten Berbek penting sekali, juga sangat luas, yang meliuti delapan distrik diwilayahnya, dan berbatasan dangan residen Madiun, Soerabaja, rembang, sehingga Policie disana seharusnya waspada…”

Menurut “Akte Komisaris daerah-daerah Kraton yang telah diambil alih “tanggal 16 Juni1831, bahwa dikabupaten Berbek terdapat 3(tiga) distrik, Kabupaten Nganjuk ada 2(dua) distrik dan Kabupaten Kertosono ada 3(tiga) distrik, sehingga jumlah keseluruhan ada 8(delapan) distrik, sama dengan yang disebutkan dalam SK di atas. Hal ini berarti sebelum KRT.Sosrokoesoemo II meninggal, telah terjadi suatu proses penghapusan Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Kertosono yang meliputi distrik-distrik: Berbek, Goden, Siwalan (asli dari Kabupaten Berbek), Ngandjoek, Gemenggeng (berasal dari Kabupaten Ngandjoek), Kertosono, Waroe Djajeng, Lengkong (berasal dari Kabupaten Ketosono).

Raden Ngabehi Soemowilojo

Raden Ngabehi Pringgodikdo menjabat sebagai bupati Berbek lebih kurang 14 tahun, yaitu sampai dengan tahun 1866. setelah mangkat digantikan oleh Raden Ngabehi Soemowilojo, patih pada kadipaten Blitar dengan SK Gubernur Jendral Nederlandsch Indie tanggal 3 September 1866 No. 10. selanjutnya dengan SK Gubernur Jendral Nederlandsch Indie tanggal 21 oktober 1866 No.102 dia diberi gelar toemenggoeng dan diijimkan manamakan diri : Raden Ngabehi Soemowilojo.

6. Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo III:

Raden Ngabehi Soemowilojo meninggal dunia tanggal 22 februari 1878. Untuk menduduki jabatan Bupati Berbek yang kosong tersebut telah diangkat Raden Mas Sosrokoesoemo III, Wedono dari Nederlandsch Indie tanggal 10 april 1878 No.9, menjadi Bupati Berbek. Bersama dengan itu diberikan totle jabatan: Toemenggoeng dan diijinkan menuliskan namanya Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo. Pada masa pemerintahan Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo III inilah terjadi suatu peristiwa yang amat penting bagi perjalanan sejarah pemerintahan di Nganjuk hingga sekarang ini. Peristiwa tersebut adalah adanya kepindahan tempat pusat pemerintahan dari kota Berbek menuju kota Nganjuk. Mengenai hal boyongan ini akan diuraikan nanti.

Raden Mas Toemenggoeng Sosro Hadikoesoemo :

Pada tanggal 28 September 1900, RM. Adipati Sosrokoesoemo III karena menderita sakit yang terus menerus sehingga terpaksa memberanikan diri mengajukan permohonan kepada Gubernur Jendral Nederlansch Indie untuk diberhentikan dengan hormat dari jabatan Negara dengan diberikan hak pensiun. Dan selanjutnya, memohon agar karirnya putra laki-laki tertuanya: Raden Mas Sosro Hadikoesoemo menggantikan jabatan sebagai Regent (Bupati) Berbek.

Berdasarkan Besluit Gubernur Jendral nederlansch Indie tanggal 2 Maret 1901 No 10, Pemerintahan Hindia Belanda memberhentiakan R.M. Adipati Sosrokoesoemo dan selanjutnya mengangkat redden Mas Sosro Hadikoesoemo sebagai Regent (Bupati) Berbek dan memberinya gelar Toemenggoeng dan mengijinkan menamakan dan menuliskan:Raden MAs Toemenggoeng Sosro Hadi Koesoemo.

Satu hal penting yang perlu dipehatikan pada masa jabatan RMT. Sosro Hadi Koesoemo ini adalah mulai digunakan sebutan: Regentschap (Kabupaten) Nganjuk, yang pada waktu-waktu sebelumnya masih di sebut Afdelling Berbek (Kabupaten Berbek). Tentang hal ini dapat dilihat pada Regeering Almanak 1852-19420.

Berikut ini adalah nama-nama Bupati Nganjuk setelah Raden Mas Sosro Hadi Koesoemo:

1936 - 1952 : R.T.A. Prswiro Widjojo

1943 - 1947 : R. Mochtar Praboe Maangkoenegoro

1947 - 1949 :Mr.R.Iskandar Gondowardjojo

1949 - 1951 : R.M.Djojokoesoemo

1951 -1955 : K.I Soeroso Atmohadiredjo

1955 -1958 : M. Abdoel Sjukur Djojodiprodjo

1958 -1960 : M. Poegoeh Tjokrosoemarto

1960 -1968 : Soendoro Hardjoamodjojo, SH

1968 - 1943 : Soeprapto,BA

1973 - 1978 : Soeprapto,BA

1978 - 1983 : Drs.SOemari

1983 - 1988 : Drs.ibnu Salam

1988 - 1993 : Drs.ibnu Salam

1933 - 1998 : Drs.Soetrisno R

1998 - 2003 : Drs.Soetrisno R, M.Si


Hak Cipta © 2010 Pemerintah Kabupaten Nganjuk. Dilindungi oleh Undang-undang
HumasPDE(pde@nganjukkab.go.id)

NGANJUK TAHUN 1830

*Nganjuk Sekitar Tahun 1830

Perjanjian Sepreh

Pada tanggal 3 juli 1830 atau tanggal 12 bulan suro tahun 1758, telah diadakan suatu pertemuan di Pendopo Sepreh oleh Raad Van Indie Mr.Pieter Markus, Ridder Van de Orde Van de Nederlandsche leeuw, Commisaris ter Regelling de Vorstenlanden untuk mengatur daerah-daerah mancanegara kesunanan Surakarta atau kesultanan Yogyakarta, sebagai tindak lanjut dari persetujuan antara Neterlandsch Gouverment dengan yang mulia saat itu akan ditempatkan dibawah pengawasan dan kekuasan Nederlandsch Gouverment.

Keesokan harinya, pertemuan tersebut telah menghasilkan “Perjanjian Sepreh Tahun 1830” yang ditandatangani dengan teraan-teraan cap dan bermaterai oleh 23 Bupati dari residensi kediri dan residensi Madiun, dengan disaksikan oleh Raad Van Indie, Komisaris yang mengurus daerah-daerah kraton serta tuan-tuan Van Lawick Van Pabst dan J.B. de Solis, residen Rembang. Berdasarkan persetujuan tersebut mulai saat itu Nederlandsch Gouverment melaksanakan pengawasan tertinggi dan menguasai daerah-daerah mancanegara.

Apabila dicermati, ternyata salah satu dari 23 Bupati yang telah ikut menandatangani perjanjian tersebut adalah raden Tumenggung Brotodikoro, regency van Ngandjoek. Mengapa demikian hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

Bahwa yang mengikuti pertemuan di Pendopo Sepreh hanyalah bupati-bupati mancanegara dari Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta, sedangkan bupati Berbek dan bupati Kertosono, sebagaimana diuraikan dimuka, adalah merupakan bupati dari daerah-daerah yang telah dikuasai dan mulai tunduk dibawah pemerintah belanda jauh sebelumnya.

Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sejak adanya Perjanjian Sepreh 1830, atau tepatnya tanggal 4 juli1830, maka semua kabupaten di nganjuk (Berbek, Kertosono dan Nganjuk ) tunduk dibawah kekuasaan dan pengawasan Nederlandsch Gouverment.

Nganjuk Setelah Perjajian Sepreh

Pada tanggal 31 Agustus 1830, atau hampir dau bulan setelah Perjanjian Sepreh, pemerintahan Hindia Belanda mengadakan penataan-penataan / pengaturan-pengaturan atas kabupaten-kabupaten yang telah berada dibawah pengwaasan dan kekuasaanya. Tentang penataan ini dapat dilihat dalam surat pemerintahan Hindia Belanda Y1.La.A.No.1, Semarang, 31 Agustus 1830, yang berisikan tentang hasil konperensi dari Gubernur Jendral dengan komisaris-komisaris yang mengurus / mengatur daerah-daerah keratin.

Dari hasil konperensi tersebut, kemudian keluar satu keputusan tetang rencana dari Pemerintah Hindia Belanda, yang antara lain menerangkan bahwa:

Pertama :Menentukan bahwa daerah mancanegara bagian timur akan terdiri dari dua residensi, yaitu Residensi Kediri dan Residensi Madiun

Kedua :Bahwa Residensi Madiun akan terdiri dari kabupaten-kabupaten: Kedirie, Kertosono, Ngandjoek, Berbek, Ngrowo dan kalangbret. Dan selanjutnya dari Distrik-distrik Blitar, Trenggalek, kampak dan yang lebih timur sampai dengan batas-batas dari Malang; baik batas dari kabupaten-kabupaten maupun distrik juga akan diatur kemudian. 1)

Ketiga :Bahwa Residensi Kediri akan terdiri dari kabupaten-kabupaten :Kedirie, Kertosono, Ngandjoek, Berbek, Ngrowo dan Kalangbret. Dan selanjutnya dari Distrik-dastrik Blitar, trenggalek, Kampak dan yang lebih ke Timuar sampai dengan batas-batas dari Malang: baik batas dari Kabupaten-kabupaten maupun Distrik-distrik juga akan diatur kemudian. 1)

baca skep. Y1. LA. No. Semarang 31 Agustus 1830

Sebagai realisasinya, pada kurun waktu empat bulan kemudian ditetapkanlah Resolusi No 10 Tanggal 31 Desember 1830, yang berisikan tentang pelaksanaan dari Skep. Tanggal 31 Agustus 1830 tersebut di atas

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam isi Resolusi tersebut, khususnya pada bagian keempat, yang antara lain berbunyi sebagai berikut : 2)

baca Resolusi tanggal 31 Desember 1830 No 10.

Keempat : juga sangat disayangkan, dari Skep, tanggal 31 Agustus Y1. La. No 1 terpaksa disetujui (diperkuat) dua Residensi dalam kabupaten-kabupaten:

ResidensiMadiun dalam kabupaten- kabupaten:

Madiun

Poerwo-dadie

Toenggoel

Magetan

Gorang-gareng

Djogorogo

Tjaruban ……

b. Residensi Kedirie dalam kabupaten- kabupaten:

Kedirie

Nganjoek

Berbek

Kertosono, …..

Dari hasil pengamatan kedua dokumen tersebut, dapat diketahui bahwa setelah penyerahan pengawasan dan kekuasaan atas daerah-daerah mancanegara oleh Suhunan dari surakarta dan Sultan dari Yogyakarta kepada pemarintah Hindia Belanda, maka pemerintah Hindia Belanda telah menerapkan tiga wilayah pemerintahan yaitu:Kabupaten Ngandjoek, kabupaten Berbek dan kabupaten Kertosono.

Tentang para penjabat Bupati dari ketiga kabupaten tersebut , ditetapkan dengan akte Komisaris Daerah-daerah yang telah diambil alih, yang ditandatangani di Semarang 16 juni 1831, oleh van Lawick van Pabst, dengan tiga personalia Bupati sebagai berikut :3)

Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo sebagai Bupati Berbek

Raden Toemenggoeng Brotodikoro sebagai Bupati Nganjuk dan

Raden Toemenggoeng Soemodipoero sebagai Bupati Kertosono

Penetapan pejabat-pejabat Bupati tersebut bersamaan dengan penetapan pejabat Bupati yang lain dalam Residensi kedirie: Bupati Kedirie Raden Mas Toemenggoeng Ario Djojoningrat; Bupati Ngrowo –Radeen DIpati Djajengningrat ; Bupati Kalangbret –Radeen Toemenggoeng Mangoondikoro; dan Bupati Srengat Radeen Ngabey Mertokoesoemo.


Hak Cipta © 2010 Pemerintah Kabupaten Nganjuk. Dilindungi oleh Undang-undang
HumasPDE(pde@nganjukkab.go.id)

SEJARAH NGANJUK

*Nganjuk pada permulaan tahun 1811

Sejarah pemerintahan kabupaten pace sangat sulit diungkapkan

Karena kurangnya data yang dapat menjelaskan keberadaannya. Demikian pula halnya dengan mata rantai hubungan antara kabupaten pace dengan kabupaten berbek. Sehubungan dengan hal tersebut maka pembahasan tentang sejarah pemerintahan kabupaten nganjuk dimulai dari keberadaan kabupaten berbek

Berdasarkan peta jawa tengah dan jawa timur pada permulaan tahun 1811 yang terdapat dalam buku tulisan Peter Carey yang berjudul :”Orang jawa dan masyarakat Cina (1755-1825)”,penerbit pustaka Azet, Jakarta,1986;diperoleh gambaran yang agak jelas tentang daerah nganjuk.apabila dicermati peta tersebut ternyata daerah nganjuk terbagi dalam 4(empat)daerah ,yaitu Berbek ,Godean dan Kertosono.dengan catatan , bahwa Berbek,Godean,Nganjuk dan Kertosono merupakan daerah yang dikuasai belanda dan kasultanan Yogyakarta,sedangkan daerah nganjuk merupakan mancanegara kasunanan Surakarta

Timbul pertanyaan, apakah keempat daerah tersebut mempunyai status sebagai daaerah kabupaten yang dipimpin oleh seorang bupati (Raden Tumenggung) atau berstatus lain? Dari silsilah keturunan raja negeri bima, silsilah Ngarso Dalem Sampean Dalem ingkang Sinuwun Kanjeng Sulatan Hamengkubuwono1 atau asal usul Raden Tumenggung Sosrodi-Ningrat Bupati Nayoko Wedono Lebet Gedong Tengen Rajekwesi dapat diperoleh kesimpulan bahwa memang benar daerah-daerah tersebut pada waktu itu merupakan daerah kabupaten. Adaoun penguasa daerah Berbek dan Godean dapat dijelaskan sebagai berikut:

1, Raja bima mempunyai seoarang putra, yaitu: Haji Datuk Sulaeman, yang kawin dengan putri Kyai Wiroyudo dan berputra 4(empat) orang yaitu;

1. Nyai Sontoyudo

2.Nyai Honggoyudo

3.Kyai Derpoyudo

4.Nyai Damis Rembang

2. Nyai Honggoyudo berputra:

1. Raden Ayu Rongso Sepuh

2. Raden Ayu Tumenggung Sosronegoro

3. Raden Ngabei Kertoprojo

4. Mas Ajeng Kertowijoyo

3. Raden Tumenggung Sosronegoro I,Bupati Grobongan, mempunyai putra sebanyak 30(tiga puluh) orang, antara lain:

1. Raden Tumenggung Sosrodiningrat I (putra I)

2. Reden Tumenggung Sosrokoesoemo I (putra VII)

3. Raden Tumenggung Sosrodirjo (putra ke XXIII)

4. Raden Tumenggung Sosrokoesoemo I adalah Bupati Berbek (sebelaum pecah dengan Godean) Berputra sebanyak 19(sembilan belas) orang ,antara lain :

1. RMT Sosronegoro II(putra ke-2)

2. RT. Sosrokoesoemo II (putra ke-11).

Menurut pengamatan penulis, ketika RT Sosrokoesoemo I meninggal dunia, telah digantikan adiknya, yakni RT Sosrodirdjo sebagai Bupati Berbek. Setelah itu Berbek di pecah menjadi dua daerah, yaitu berbek dan godean. RT. Sosrodirdjo tetap memimpin daerah Berbek, sedangkan Godean dipimpin oleh keponakannya yaitu RMT.Sosronegoro II (putra kedua dari RT Sosrokoesoemo I). selanjutnya, menurut perkiraan, setelah kedua bupati tersebut surut/pension, kabupaten Berbek yang dipimpin oleh RT.Sosrokoesoemo II (Putra ke-11 dari RT.Sosrokoesoemo I).

Tentang kabupaten Nganjuk dan Kertosono belum dapat diungkapkan lebih kauh, karena dalam perkembangan selanjutnya kedua daerah tersebut bergabung manjadi satu dengan daerah Berbek, yang diperkirakan terjadi sebelum tahun 1852. Adapun bupati Nganjuk sekitar tahun 1830 adalah RT.Brotodikoro, sedangkan bupati Kertosono adalah RT.Soemodipoero.


Hak Cipta © 2010 Pemerintah Kabupaten Nganjuk. Dilindungi oleh Undang-undang
HumasPDE(pde@nganjukkab.go.id)

Jumat, 09 Juli 2010

KA_MUT CANGA

KA_MUT CANGA

Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan.
Tetapi sering kali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.

Dalam hidup,terkadang kita lebih banyak mendapatkan apa yang tidak kita inginkan. Dan ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, akhirnya kita tahu bahwa yang kita inginkan terkadang tidak dapat membuat hidup kita menjadi lebih bahagia
Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi.
Jadilah seperti yang kamu inginkan, kerna kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.

Masa depan yang cerah berdasarkan pada masa lalu yang telah dilupakan. Kamu tidak dapat melangkah dengan baik dalam kehidupan kamu sampai kamu melupakan kegagalan kamu dan rasa sakit hati.

Waktu kamu lahir, kamu menangis dan orang-orang di sekelilingmu tersenyum.
Jalanilah hidupmu sehingga pada waktu kamu meninggal, kamu tersenyum dan orang-orang di sekelilingmu menangis.

Semoga kamu mendapat cukup kebahagiaan untuk membuat kamu bahagia, cukup
cubaan untuk membuat kamu kuat, cukup penderitaan untuk membuat kamu menjadi
manusia yang sesungguhnya, dan cukup harapan untuk membuat kamu positif terhadap kehidupan.

Yang memimpin wanita bukan akalnya, melainkan hatinya.

Hari ini bila ia datang, jangan biarkan ia berlalu pergi. Esok kalau ia masih bertandang, jangan harap ia akan datang kembali

Sesuatu yang baik, belum tentu benar.
Sesuatu yang benar, belum tentu baik.
Sesuatu yang bagus, belum tentu berharga.
Sesuatu yang berharga/berguna, belum tentu bagus.

Agama menjadi sendi hidup, pengaruh menjadi penjaganya. Kalau tidak bersendi, runtuhlah hidup dan kalau tidak berpenjaga, binasalah hayat. Orang yang terhormat itu kehormatannya sendiri melarangnya berbuat jahat. -Pepatah Arab

Jangan tertarik kepada seseorang kerna parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Jangan pula tertarik kepada kekayaannya kerna kekayaan dapat musnah. Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, kerna hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah.

Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangannya,
tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya.

Masa depan yang cerah selalu tergantung pada masa lalu yang dilupakan.
Kita tidak dapat meneruskan hidup dengan baik jika tidak dapat melupakan kegagalan dan sakit hati di masa lalu.

Harta yang paling menguntungkan ialah SABAR. Teman yang paling akrab adalah AMAL. Pengawal peribadi yang paling waspada DIAM. Bahasa yang paling manis SENYUM. Dan ibadah yang paling indah tentunya KHUSYUK.

Wanita yang cantik tanpa peribadi yang mulia ,umpama kaca mata yang bersinar-bersinar, tetapi tidak melihat apa-apa
Jangan sekali-kali kita meremehkan sesuatu perbuatan baik walaupun hanya sekadar senyuman.

Anda bukan apa yang anda fikirkan tentang anda, tetapi apa yang anda fikirkan itulah anda

Hidup tak selalunya indah tapi yang indah itu tetap hidup dalam kenangan.
Hidup memerlukan pengorbananan. Pengorbanan memerlukan perjuangan. Perjuangan memerlukan ketabahan.
Ketabahan memerlukan keyakinan. Keyakinan pula menentukan kejayaan. Kejayaan pula akan menentukan kebahagiaan.

Kekayaan bukanlah satu dosa dan kecantikan bukanlah satu kesalahan.
Oleh itu jika anda memiliki kedua-duanya janganlah anda lupa pada Yang Maha Berkuasa.

Sampan tidak akan dapat belayar di padang pasir betapa pun jua empuknya pasir itu -Pepatah Arab
Perjalanan seribu batu bermula dari satu langkah.
- Lao Tze
Kalaulah anda tidak mampu untuk menggembirakan orang lain, janganlah pula anda menambah dukanya.
Gantungkan azam dan semangatmu setinggi bintang di langit dan rendahkan hatimu serendah mutiara di lautan
Saya percaya, esok sudah tidak boleh mengubah apa yang berlaku hari ini, tetapi hari ini masih boleh mengubah apa yang akan terjadi pada hari esok.

TENTANG WAKTU

Tentang Waktu

Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan.
Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi.
Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan.
Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan.
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan.
Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan.
Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah musik yang menggetarkan hati.
Ambillah waktu untuk memberi, itu adalah membuat hidup terasa berarti.
Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan.
Ambillah waktu untuk beramal, itu adalah kunci menuju syurga.

KATA BIJAK MOTIVASI

Sumber Kebaikan

Jadikanlah engkau sumber tambang kebaikan, dan baikanlah segala kesalahan yang menyakitkan. Sesungguhnya engkau dapat melihat apa yang engkau lakukan dan dapat mendengar apa yang engkau ucapkan.

Make you mine the source of goodness, and make good all the painful errors. Indeed you can see what you are doing and be able to hear what you say

Cinta dan Benci Sewajarnya

Cintailah orang yang kau cintai sekadarnya saja. Siapa tahu, pada suatu hari kelak, ia akan berbalik menjadi orang yang kau benci. Dan, bencilah orang yang kau benci sekadarnya saja. Siapa tahu, pada suatu hari kelak, ia akan menjadi orang yang kau cintai.

Love the person you love minimally. Who knows, someday, he will turn out to be the person you hate. And, hate those who hate you minimally. Who knows, someday, he will become the person you loved.

Enggan Beralih

Ingin rasanya melupakanmu dalam kalbu ini, tetapi apa daya naluri enggan untuk beralih ingatan ke yang lain.
Want to feel forgotten in the heart of this, but what instinct power are reluctant to switch to another memory.