Rabu, 22 September 2010

PUISI2 HAMDY SALAD

Puisi-Puisi Hamdy Salad

BULAN MELAYANG

Guyur aku dengan darah panasmu
dan biarkan kompor gas itu menyala
mematangkan butiran beras
daging cinta dan urat-urat biru
sekujur tubuhku. Bulan melayang
lepas cahaya dari ikatan malam
menyusup tanganmu ke dalam dada
memeras pahit empedu
dekat jantungku. Luka pun berbunga
menari-nari di ujung tangkai
tegak berdiri menghunjam tanah
saat langit menggambar wajahmu
dan bumi bersinar di telapak kakiku
Duhai penjaga asmara yang setia
kibarkan tujuhpuluh sayapmu
agar aku bisa terbang kembali
menempuh rindu tanpa nafsu bidadari
(2010)

MIMPI BERJALAN

Di atas gelombang samuderaku
mimpi-mimpi berjalan tanpa kaki
menolak dandan pengantin baru
melepas jubah dan pakaian
bagai perahu sedang berlabuh
pulang dan pergi ke tepi pantai
mencari pangkal segala ruh
di antara topan dan badai
Separuh bayang-bayang meregang
dan melenguh di sisi ranjang
suntuk jiwaku dalam dekapan
harum lempung dadamu
kuhirup sampai hilang purnama
di antara kekalahan dan kemenangan
di antara kehidupan dan kematian
Suara sembilu bertalu-talu di udara
membawa pergi semua yang terluka
(2010)

BINTANG PAGI

Bintang pagi wajahmu
masih juga berseri di langit itu
walau fajar telah merekah
dan bumi berdarah-darah
Tapi entah, kapan aku bisa bertemu
dekap erat kilau tubuhmu
sepanjang mimpi yang diberkahi
Angin lalu menggulung kesepian
dingin matamu menjelma jam tangan
Bau rindu menyengat pernafasanku
(2010)

TAK MATI-MATI

Kenapa cinta itu tak mati-mati
di sini, di lambung kosong ini
terus menari bersama usus duabelas jari
mengaduk biji-biji cabe dan tomat merah
sampai duka kembali ke rahim sunyi
dan pohon berbuah di dalam rumah
mengusap airmata doa
mengucap doa airmata
tepati janji di ujung sajadah
Sebilah pisau berkilat dari pinggangmu
tapi darahku telah mengalir lebih dahulu
melukis resahmu di empat penjuru
(2010)

KUPU-KUPU TERBANG

Kupu-kupu terbang sendirian
mencari jejakmu yang berbunga
di atas pundak batu karang
kala cermin membuka kelambu
rahasia ombak dan gelombang
Lalu usia menumbuk waktu
hingga pasir dan debu bersinar
di tepi lautmu. Masa lalu kelaparan
meminta dagingku jadi cincangan
saat senja mulai bertandang
menabuh dadaku bagai genderang
Maka itu kasihku, medekatlah!
peluk jiwaku dalam selimutmu
jangan tinggalkan aku sendirian
jangan biarkan aku kebingungan
(2010)

---
Hamdy Salad, dosen Creative Writing Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Menerbitkan kumpulan puisi: Sebutir Debu Di Tepi Jurang (2004), Rubaiyyat Sebiji Sawi (2004), Sajadah di Pipi Mawar (2005), Mahar Cinta Bagi Kekasih (2005), Dzikir Logam (Dami, 2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar