Rabu, 22 September 2010

PUISI2 DIAN HARTATI

Puisi-Puisi Dian Hartati

Savasana

semesta melingkar
aroma laut, panas, getah, daun
pusaran
melawan gravitasi
aku meninggalkan raga
kau menarik benang kenangan
''jangan tidur,'' bisikmu
aku melancong
meluruskan punggung
kaki
berjalan
aku melayang
meniadakan dirimu
melupa pekerjaan
menghirup malam
gelap
dan getah terus menetes
berusaha menyalakan
menumbuhkan cahaya
waktu tak pernah berhenti
saling menarik
semesta membuka dimensi
melangkahkan kaki
keluar dari
lingkaran
SudutBumi, 2010

---

Para Penghela

-1-
duduklah dengan nyaman
sesekali atur napas agar tak tegang kendalimu
di atas sana
matahari semakin mengurut keringat
memecah batubatu
jadi kerikil di aspal jalanan
susuri setapak ini
bernapaslah dengan lapang
suarasuara akan membawamu ke masa silam
tempat para kesatria bertarung
tak hiraukan darah
memercik
teruslah menyusuri
jika letih datang padamu
tinggalkan kota
bersama ruh, jejak itu hilang
bungkam

-2-
pagi betapa sunyi
perjalanan hanya menyisakan peluh
lingkaran ini semakin menyudutkan
teruslah berputar
hingga titik dijumpai
pertemuan semakin menyata
tak ada istirah
karena waktu tidak pernah berhenti
terus bergerak
mundur

-3-
kukuhkan badanmu
kuatkan setiap pijakan
hatihati
salah memikat, kau terinjak
inilah ruang yang dihuni
setiap perkataan akan jadi teriak
bisikan akan merapuhkan pandangan
matahari benarbenar tumbuh di dadamu
sekuat arus yang kau lawan
tinggalkan kota
sebab gemuruh bangkitkan petaka
redup
ditingkah bayangbayang

-4-
turunlah
kau telah tiba
SudutBumi, 2010

---

Pepasir

berjalan pada pasirmu
aku merindukan sesuatu yang berteriak
: suaraku
segala yang tak pernah kutemukan
tibatiba membuatku tercekat
laut merajah
angin menikam
dan ombak mengurungku dalam keterasingan
berjalan pada pasirmu
aku menemukan muara
tempat air mata menyusun cerita
akhirnya
lekat pasir itu mampu membutakan aku
menghardik kulit yang terbenam
meminang cercah cakrawala
SudutBumi, 2009

---

Mencatat Jarak (1)

kembali
stasiun mengantarkan ragamu
menjadikan rindu sebagai luka
jarak kian menjarak
senja selalu menjadi malam
adakah dirimu resah
di gerbonggerbong penuh karat
SudutBumi, 2010

---

Mencatat Jarak (2)
perpisahan
menjadikan waktu batu
angin bungkam
dan purnama yang pernah kita lihat hanya jadi keluhan
aku mencatat beberapa peristiwa
untuk dikenangkan
saat perjumpaan tiba
aku mencatat berapa jarak terhampar
tak pernah pasti
SudutBumi, 2010

---
DIAN HARTATI, lahir di Bandung, 13 Desember 1983. Menyukai jalan-jalan dan menenggelamkan diri dalam perjalanan kata-kata. Bergiat di dunia kepenulisan sejak 2002. Setelah lulus dari Universitas Pendidikan Indonesia, jurusan bahasa dan sastra Indonesia, tetap berproses menulis dan mengelola blog www.sudutbumi.wordpress.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar